Ada seorang teman yang saat itu mengajukan Visa yang katanya kategori Visa dari negara yang termasuk paling susah disetujui.
Jika negara tersebut menyetujui visa kita, maka kemungkinan jika kita mengajukan visa di negara lain, 99% disetujui.
Saat mengisi formulir untuk pengajuan visa tersebut yang dilakukan secara online, ada beberapa pertanyaan yang menanyakan tentang akun-akun Media sosialnya dia dan juga pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah dia ada berkaitan/terlibat dengan organisasi radikal dan sebagainya.
Dengan permintaan yang begitu detail, terutama mengenai akun media sosialnya, membuat teman saya jadi was-was, langsung dia memeriksa akun media sosianya dia, apakah pernah posting/repost sesuatu yang berbahaya, apakah ada kata-katanya yang bersifat ujaran kebencian atau hasutan-hasutan atau apakah pernah komen yang miring-miring mengenai negara tersebut.
Karena katanya, sekalipun data keuangan kita bagus, ada rekomendasi dari perusahaan ataupun dari bank, ada faktor non teknis yang bisa menyebabkan pengajuan visa kita ditolak ataupun diterima, dan salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah apa yang ditampilkan di media sosial kita.
Dari pengalaman pribadi teman saya ini saat mengurus sendiri pengajuan visanya, memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa hati-hatilah dengan apa yang keluar dari perbendaharaan hati dan pikiran kita. Karena apa yang kita tulis atau posting, bisa berpotensi membangun sesuatu yang positip atau sebaliknya. Bahkan sikap kita juga harus benar. Dan itu harus dilatih sejak sekarang, karena tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi baik atau jahat. Ada proses waktu dalam membentuk karakter seseorang.
Hal-hal yang sering orang tidak sadari mengenai penyebab visanya ditolak, justru dikarenakan perbuatan diri sendiri. Dengan menulis sembarangan di media sosial, mengomentari yang tidak seharusnya dikomentari, menyebarkan sesuatu yang bisa berpotensi membuat perpecahan di suatu masyarakat, apalagi jika yang disebar tersebut adalah hoax. Jejak digital tidak semudah itu hilang, apalagi dengan teknologi yang canggih yang dimiliki oleh negara maju.
Oleh karena itu, bagaimana supaya tidak ada jejak digital yang buruk di dalam hidup kita? Simple, ya jangan pernah membuat jejak yang buruk/tidak baik, baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Memang tidak ada yang menjamin, bahwa visa kita pasti diterima jika kita sudah melakukan itu semua, namun setidaknya, itu menjadikan the better me.
Jika kita berencana mau keliling dunia, maka mulai sekarang bijaklah dalam bermedia sosial. Dan itu semua dimulai dari sekarang, ingatlah, hati-hati dengan siapa kita bergaul. Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal.
Salam New Normal
Betul banget Koh, attitude tu number one deh pokoknya, apalagi pengurusan dokumen, ya kayak visa ini. Etapi kepo saya jadinya Koh, visa negara mana tuh yang sulit? Seberang Bali kah? Hehe
ReplyDeleteItu yg biasa suka dipakai emak2 utk masak, @merica
DeleteNah, iya bener-bener harus jaga sikap.
ReplyDeleteIya selalu berusaha tidak memposting sesuatu yang sara di media sosial karena hal itu juga sekarang menjadi pertimbangan beragam hal. Selain pengajuan visa, juga pengajuan lamaran kerja. Banyak yang cek ricek juga ke medsos kayaknya.
Bener jg. Semua sekarang mengecek Medsos, baru diterima
Deletebaru tau, jejak digital medsos bisa mempengaruhi kita buat visa, pasti banyak yang gak nyadar akan hal ini loh.. nampak sepele tapi dampaknya luar biasa ya utk pembuatan dokumen keluar negeri
ReplyDeleteIye kak. Medsos keliatan Sederhana tapi vital ternyata
DeleteBeneran Koh banyak kejadian para pewawancara ini periksa media sosial dan jika menemukan postingan yang macam-macam auto reject deh.
ReplyDeleteMemang lebih baik komentar/posting yg aman2 aja ya Kakak
DeleteAku baru tau sekarang jejak digital juga dapat memengaruhi saat pengajuan visa ya. Aku taunya HRD sekarang sudah ngecek jejak digital juga. Harus lebih bijak lagi bermedia sosial krn memengaruhi banyak aspek jg
ReplyDeleteIya kakak. Lebih aman kita yg aman2 aja postingannya. Kita tidak tahu kapan kita perlu membuat visa tsb
DeleteWah semakin beragam ya persyaratan mengajukan visa sebuah negara, salah satunya dengan cara mengecek Attitude atau sikap seseorang dengan cara medsos kita dicek oleh mereka. Ini mengingatkan saya tentang beberapa perusahaan yang menginterview calon karyawannya tidak hanya interview tetap muka tapi mereka juga minta medsos kita. lalu perusahaan itu mengecek apa-apa yang telah kita ketik, apa-apa yang kita post. Dengan begitu mereka akan tahu calon karyawannya ini sifatnya seperti apa.
ReplyDeleteSekarang gak ada yang tersembunyi ya Kak. Hidup yang benar aja deh ya, termasuk di medsos
Deletenggak cuma petugas kedutaan yang kepo dengan media sosial, hrd skrg kepo banget dengan media sosial. jadi bagi anak muda yang mau ngelamar pekerjaan musti hati hati, nah gimana yang mau ngelamar anak gadis orang. ada kemungkinan calon mertua kepoin media ssosual kamu
ReplyDelete🤭syarat melamar, jejak digital harus bersih ya Kak
DeleteNggak cuma berdampak sama penerbitan VISA ya ko, karena attitude yang baik sebenarnya mempermudah kita untuk menjalin relasi jg (dgn org dalam) kwkwkw.. Apalagi jaman sekarang yang notabene sangat gampang untuk mengakses media sosial, anak kecil pun sudah sangat banyak memiliki akun media sosial, harus sangat bijak dan mulai mengedukasi diri sendiri tentang bahayanya media sosial apabila digunakan dengan sembrono tanpa tanggung jawab..
ReplyDeleteBetul sekali kakak. Mari kita meninggalkan rekam jejak yang baik dimulai dari sekarang
DeleteBagi netijen yang julid2, penyebar hoax, siap2 aja nih yaa koh...hehe. Jejak digital itu susah musnah... Thanks infonyaa koh...
ReplyDeleteIya Kakak. Hati-hati dengan hati, jangan sampai menyesal di suatu hari nanti
Delete